BUDIDAYA YANG RAMAH LINGKUNGAN STUDY KASUS WADUK CIRATA
Dalam akuakultur atau budidaya perairan, kesehatan lingkungan tempatpemeliharaan ikan merupakan salah satu faktor penentu usaha budidayamenjadi untung atau rugi. Unsur kesehatan lingkungan perairan yangdimaksud seperti polusi dan penyakit.
Khususnya budidaya sistem tertutup, lingkungan perairan yang terpolusidan berpenyakit memiliki potensi yang sangat besar untuk membunuhikan secara massal dalam waktu yang singkat. Sistem manajemenbudidaya yang baik dan pemeliharaan jenis ikan yang ramah lingkungandiduga merupakan cara terbaik untuk mencegah terjadinya kegagalanusaha akuakultur yang disebabkan oleh kematian ikan secara massal.
Bukti pentingnya kesehatan lingkungan untuk mendukungkesinambungan usaha akuakultur dapat terlihat dalam sistem budidayajaring apung di Waduk Cirata. Dalam beberapa tahun terakhir ini, beritakematian massal ikan di jaring apung Cirata hampir selalu terdengar,terutama pada saat musim hujan. Suhu air hujan yang lebih rendahdaripada suhu perairan menyebabkan terjadinya pergerakan massa airdari dasar perairan ke permukaan (up-welling).
Massa air dari lapisan bawah perairan biasanya memiliki kadar oksigenterlarut yang rendah dan kadar polutan (seperti amonia) yang tinggi. Halinilah yang sering menyebabkan ikan mati secara mendadak dan massaldi Cirata. Karena up-welling terjadi secara alamiah dan tidak selalumerugikan, maka faktor alam ini tidak bisa diultimatum sebagaipenyebab kematian ikan secara massal dan mendadak tersebut.Mungkin akan lebih bijaksana bila penyebab massa air lapisan bawahmemiliki kandungan oksigen terlarut sangat rendah dan kadar polutantinggi yang diselidiki.
Bila kita bandingkan kondisi budidaya jaring apung di Cirata denganyang di Danau Kasumigaura di Jepang, maka ditemukan banyak halyang sangat berbeda, seperti rasio jumlah unit jaring apung denganluasan perairan dan tingkat kepadatan ikan dalam jaring apung. Darisegi luasan, Danau Kasumigaura (22.000 ha) adalah sekitar 2,8 kalilebih luas dibandingkan dengan Waduk Cirata (sekitar 7.900 ha). Tetapi,jumlah jaring apung dan tingkat produksi ikan di Cirata adalah jauh lebihbanyak.
Berdasarkan SK Gubernur Jawa Barat no. 41 tahun 2002, jumlah jaringapung di Waduk Cirata dibatasi sebanyak 12.000 unit. Namun demikian,sampai pertengahan tahun 2004 jumlah tersebut telah meningkat lebihdari 3 kali lipat, yaitu 39.000 unit (Kompas, 26 Juni 2004). Bilapembatasan jumlah unit jaring apung di Cirata tersebut didasarkan padadaya dukung (carrying capacity) perairan, maka diduga bahwa sudahterjadi kelebihan muatan di Cirata. Selanjutnya, dari data tingkatproduksi ikan di Cirata yang mencapai sekitar 78.000 ton per tahun,dibandingkan dengan tingkat produksi ikan di Danau Kasumigaurasekitar 5.000 ton per tahun, juga menunjukkan bahwa muatan WadukCirata sudah sangat tinggi.
Karena tingkat kepadatan ikan tinggi, maka dibutuhkan pakan dalamjumlah yang banyak untuk mencapai ukuran panen seperti yangdiharapkan dalam jangka waktu tertentu. Bila cara pemberian pakanjuga tidak baik, maka jumlah pakan yang tidak dimakan oleh ikanmenjadi banyak. Selain itu, bila kualitas pakan yang digunakan kurangbagus, maka banyak unsur nutrisi dari pakan yang hilang sebelumsempat dimakan oleh ikan, atau jumlah unsur nitrogen dan fosfor yangterbuang ke perairan lebih banyak. Telah diketahui bahwa nitrogendalam bentuk senyawa amonia merupakan racun yang sangatberbahaya bila melebihi batas tertentu. Sedangkan unsur fosfor dapatmenyebabkan populasi mikroorganisme menjadi sangat tinggi(blooming)
Selanjutnya, pakan yang tidak sempat dimakan oleh ikan dan jatuh kedasar perairan akan didekomposisi oleh mikroba, dimana dalam prosesdekomposisi ini membutuhkan oksigen. Bila pakan atau bahan pakanyang jatuh ke dasar perairan banyak, maka dibutuhkan oksigen yangbanyak juga untuk dekomposisinya. Hal ini bisa menjadi salah satupenyebab rendahnya kadar oksigen terlarut pada massa air lapisanbawah.
Untuk mengatasi masalah kematian massal ikan di Cirata, beberapacara mungkin bisa ditempuh, seperti mengurangi jumlah unit jaringapung yang ada, menurunkan padat penebaran ikan. Namun demikiankedua faktor ini membutuhkan pengertian dan kerjasama semua pihak,dan juga pengawasan yang ketat. Cara lain yang bisa ditempuh adalahpenggunaan pakan ikan yang berkualitas. Pakan ramah lingkungan(environmental-friendly diet) telah berhasil diramu oleh ahli nutrisi Ikandi Universitas Ilmu dan Teknologi Kelautan Tokyo.
Pakan ini dibuat dengan menambahkan asam sitrat atau amino acid-chelated (asam amino yang terikat dengan mineral seperti Zn, Mndan Cu) sehingga jumlah unsur fosfor yang dilepas ke air menjadimenurun. Dengan menggunakan pakan ikan ini, jumlah unsur fosforyang tertahan (terakumulasi) di dalam tubuh ikan meningkat sekitar30% untuk pakan yang ditambahkan asam sitrat atau 16,5% untukpakan yang disuplementasi dengan amino acid-chelated. Penggunaanpakan ini juga berhasil menurunkan tingkat ekskresi nitrogen oleh ikan,meskipun tidak begitu tinggi.
Khusus untuk masalah polusi amonia yang jauh lebih berbahayadaripada fosfat, baru-baru ini telah dikembangkan strain ikan nila ramahlingkungan melalui pendekatan genetik. Caranya dengan menambahjumlah copy gen pengontrol hormon pertumbuhan ikan nila. Gen yangdigunakan adalah berasal dari ikan nila sendiri. Dengan bertambahnyajumlah copy gen ini, aktivitas pertumbuhan jaringan otot ikanmeningkat. Dengan kata lain bahwa makanan yang diperoleh sebagianbesar digunakan untuk pertumbuhan sel otot, bukan digunakan sebagaisumber energi. Dengan demikian amonia yang dikeluarkan dari tubuhikan menjadi menurun, yaitu sekitar 30-40% lebih rendah daripada ikanbiasa.
Pada sistem pemeliharaan ikan nila secara tertutup (closed ecologicalrecirculating aquaculture system), jumlah nitrogen yang dilepas olehikan ke air mencapai 60% dari total nitrogen yang diperoleh darimakanan. Bila ikan ramah lingkungan ini digunakan, maka jumlahnitrogen yang dikeluarkan dari tubuh ikan ke perairan tersebut bisadikurangi menjadi 36% dari total nitrogen yang diperoleh dari makanan.Pertumbuhan ikan nila ini juga 2-3 kali lebih cepat daripada ikan nilabiasa. Bobotnya bisa mencapai sekitar 1,5 kg dalam waktu 7 bulan.Penambahan jumlah copy gen ini juga telah meningkatkan efisiensipenggunaan pakan, sekitar 30% lebih tinggi daripada ikan biasa. Dengankarakter-karakter tersebut, maka pemeliharaan ikan ramah lingkunganini akan baik bagi linkungan dan juga dapat menambah pendapatanpetani ikan.
(Sumber : Simposium Nasional Bioteknologi Dalam Akuakultur, Juli 2006)
Dikutip dari :
DKP.go.id
0 komentar:
Post a Comment
Anda sopan saya segan..Titip Alamat blog anda disini pasti akan saya kunjungi balik