TIDAK banyak yang tahu Presiden dan Wakil Presiden negeri tercinta Indonesia memiliki tunggangan khusus berupa kereta. Ya, selain pesawat dan mobil, RI I dan II memang memiliki kereta khusus untuk menyusuri rel di Indonesia. Dibandingkan pesawat kenegaraan dan mobil berplat nomor INDONESIA I atau II, kereta kepresidenan termasuk jarang digunakan. Maklum, mau semewah apa pun, tetap saja kereta berfasilitas komplet itu menggunakan rel sebagai jalurnya dan otomatis waktu tempuh jauh lebih lambat jika dibandingkan pesawat. Walau jarang, bukan berarti kereta VVIP tersebut tak pernah dipakai.
Tak banyak perbedaan mencolok pada kereta khusus RI I dan II dengan kereta kelas VIP untuk umum. Dari luar, bentuk gerbong kereta RI I dan II sama persis dengan gerbong kelas eksekutif untuk umum seperti Argo Lawu (Jakarta-Solo PP), Argo Wilis (Jakarta-Surabaya PP), Argo Muria (Jakarta-Semarang PP) dan argo-argo lainnya. Yang membedakan tampak luar gerbong kereta ini dengan kereta eksekutif lain adalah warna dan jumlahnya dalam satu rangkaian.
Kereta eksekutif sekelas argo hampir semuanya mempunyai gerbong berwarna dasar putih. Jumlah gerbong dalam satu rangkaian bisa mencapai 9-12 unit minus lokomotif dan kereta mesin. Tiap gerbong eksekutif untuk umum memiliki kode yang terdiri dari kombinasi huruf besar dan angka. K 1, KM 1 dan sebagainya. Biasanya, di belakang huruf dan angka terdapat deret angka lanjutan. Tak percaya? Coba saja lihat bagian atas bordes (sambungan antar gerbong) pada tiap kereta eksekutif. Dijamin anda akan menemukan deret kombinasi angka dan huruf itu.
Dalam dunia kereta api, kode huruf dan angka itu punya arti khusus. K berarti kereta atau gerbong untuk penumpang. KM berarti kereta makan atau biasa disebut restorasi. Angka 1 menunjukkan kelas kereta adalah eksekutif. Jika angka di belakang huruf K adalah 2, itu berarti kereta tersebut termasuk dalam kelas bisnis. Deret angka lanjutan di belakang kombinasi huruf dan angka pertama menjadi identitas kapan gerbong dibuat hingga jenis roda gerbong.
Kombinasi angka dan huruf identitas gerbong selalu berada di bagian dalam. Di bagian luar, biasanya masing-masing gerbong juga punya nomor identitas berupa angka atau angka romawi atau huruf saja yang ditulis secara capital (huruf besar). Nomor identitas pada bagian luar dikenal dengan nama nomor gerbong. Nomor gerbong selalu tercatat pada tiket calon
penumpang.
Kembali lagi ke keret RI I dan II. Jumlah gerbong dalam satu rangkaian kereta VVIP ini tidak lebih dari delapan unit, termasuk gerbong restorasi dan gerbong mesin minus lokomotif. Walau nomor identitas di bagian dalam gerbong sama persis dengan gerbog eksekutif untuk umum, bagian luar kereta RI I dan II sama sekali tak ada nomor atau huruf kodial apa pun. Sebagai gantinya adalah nama khusus yang dituliskan dalam ukuran relatif besar. Ada yang diberi nama Nusantara, Bali, Toraja, KE I, KE II dan seterusnya. Tiap gerbong punya warna yang tidak sama.Ada yang hijau, merah marun dikombinasikan dengan putih gading.
Jika dari tampak luar gerbong kereta RI I dan II tak banyak perbedaan dengan kereta eksekutif, bagian dalam justru sebaliknya. Beda total! Terutama pada gerbong Bali, Nusantara dan Toraja. Gerbong Nusantara didesain sedemikian rupa hingga menyerupai ruang meeting sebuah hotel berbintang lengkap dengan kursi dan meja hidangan. Interior gerbong Nusantara didominasi gambar dan hiasan bernuansa etnik dari Sabang-Merauke. Jika peserta rapat tidak muat dalam
satu gerbong yang sama, rapat tetap bisa berjalan walau pesertanya berada di gerbong terpisah. Lewat televisi layar datar berkuran jumbo, sejumlah piranti pengeras suara dan kamera, komunikasi antar gerbong tetap bisa berjalan. Suasana di gerbong lain juga bisa terlihat lewat televisi tersebut.
Gerbong lain yang digunakan sebagai tempat istirahat very very important person didesain menjadi dua ruangan. Ruang tamu dan dua ruang tidur. Karpet tebal tanpa debu, televisi layar datar, piranti komunikasi antar gerbong, sofa empuk berikut meja hidangan ada di gerbong ini. Saya tak bisa menyebut gerbong mana yang digunakan sebagai ruang istirahat ini demi keamanan penumpangnya walau sejak dulu kala selalu golput!
Desain dalam gerbong rangkaian kereta RI I dan II yang sama persis dengan gerbong kereta eksekutif adalah gerbong berkode KE I atau KE II. Ini adalah gerbong bagi penumpang non pejabat. Bisa ajudan menteri (ajudan RI I dan II selalu berada di sampingnya), ajudan pejabat lain, wartawan hingga staff Sekneg dan Paspampres.
Soal keamanan, sudah pasti rangkaian kereta ini super aman. Sebelum rangkaian kereta meluncur, ada satu lokomitif khusus bersirene warna biru. Lokomotif ini berfungsi sebagai voorrijder atau pembuka jalan. Jika kereta pembuka jalan ini sudah berjarak antara satu hingga dua kilometer di depan, baru rangkaian kereta RI I dan II bergerak di belakangnya.
Sesuai standar pengamanan RI I dan II, tiap gerbong pasti ada penumpang dari Paspampres. Ada yang bersafari, banyak juga yang berkostum siap tempur khas pasukan anti-teror lengkap dengan senjata laras panjang dan pistol di pinggang. Pasukan berpenampilan anti-teror tersebut sepanjang jalan tak boleh luput memperhatikan suasana di luar kereta. Laras senapan selalu siaga mengantisipasi kemungkinan terburuk yang berasa dari luar kereta. Di titik-titik rawan
sepanjang rel, polisi dan tentara juga bersiaga. Jangan harap bisa bergaya bonek yang gemar melempar batu ke arah gerbong pada kereta ini jika tak mau babak belur.
Selama kereta RI I dan II meluncur, semua kereta apa pun dipastikan harus minggir. Tak boleh ada kereta lain yang berada di belakang atau depan kereta ini dalam jarak tertentu. Omelan panjang penumpang umum di dalam kereta umum, dari eksekutif hingga ekonomi, jelas terjadi.Mirip dengan omelan panjang pengguna jalan yang harus berhenti menunggu iring-iringan mobil RI I dan II lewat. Selama melaju menuju tujuan, rangkaian kereta tidak akan berhenti di stasiun-stasiun apapun yang tak masuk dalam daftar rencana perjalanan.
Jika kereta RI I dan II tak digunakan, rangkaian kereta akan masuk kandang di Manggarai. Di tempat ini rangkaian kereta tersebut akan menjalani sejumlah perawatan rutin. Mulai dicuci, digosok, hingga perawatan lain. Jika kemudian kereta ini akan digunakan, minimal dua hari sebelumnya perawatan khusus akan dilakukan. Mulai dari pengecekan kelayakan fasilitas gerbong hingga kenyamanannya akan menjadi perhatian utama.
(*pernah nebeng mudik dengan kereta RI I-II)
0 komentar:
Post a Comment
Anda sopan saya segan..Titip Alamat blog anda disini pasti akan saya kunjungi balik