Tahukah anda tentang “bubuk mesiu” yang pada masa peperangan jaman dahulu digunakan sebagai salah satu bahan peledak untuk menghasilkan suatu ledakan yang dahsyat yang dapat menghancurkan benda padat waktu itu. Awal mula ide pembuatan “bubuk mesiu” ini ternyata berasal dari Tiongkok kuno yang bertujuan untuk hiburan semata dan bukan untuk kepentingan militer.
Para leluhur Tiongkok kuno menganggap “bubuk mesiu tersebut sangatlah unik, karena efek yang dihasilkannya dalam bentuk visual tersebut. Sehingga setiap Festival Musim Semi, rakyat Cina senang sekali menyalakan kembang api dan juga petasan dan sering disebut pula sebagai “roket langit” yang telah dikembangkan dari petasan, yang terdiri dari tiga bagian utama: sumbu, roket penggerak, dan juga bubuk mesiu.
“Bubuk Mesiu” ini merupakan salah satu penemuan terbesar dari ke empat penemuan besar oleh Tiongkok kuno pada waktu itu dan merupakan peledak pertama yang digunakan oleh manusia. Pada awal mulanya, Kaisar Wu (157-87 SM) dari dinasti Han memerintahkan para ahli kimianya untuk melakukan penelitian dalam menemukan rahasia hidup abadi bagi sang Kaisar. Bahan yang digunakan sebagai bahan pengujian oleh para ahli kimia tersebut adalah belerang dan potassium nitrat, dengan cara memanaskan substansi-substansi tersebut.
Seorang ahli kimia yang ternama mencampurkan 75 persen potassium nitrat dengan 15 persen arang dan 10 persen belerang. Akan tetapi, campuran dari substansi tersebut tidak menunjukkan sesuatu yang berhubungan dengan obat rahasia “hidup abadi” justru campuran tersebut menghasilkan ledakan dan menghasilkan cahaya ketika berdekatan dengan api. Penemuan tersebut justru memberikan suatu inspirasi bagi para ahli kimia dari Tiongkok kuno tersebut, mereka takjub akan percikan api yang dihasilkan oleh perpaduan dari belerang nitrat dan substansi lainnya sehingga mereka menemukan sebuah formula “bubuk mesiu”.
Para leluhur kemudian memanfaatkan penemuan tersebut untuk menghibur rakyat-rakyat Tionghoa karena mereka terkesima akan efek visual yang dihasilkan oleh percikan-percikan api dari perpaduan bahan tersebut. Disebutkan pada masa Tiga Negara, seorang pandai besi yang bernama, Ma Jun membuat “kembang api” untuk memberikan hiburan dengan cara membungkus “bubuk mesiu” tersebut dalam kertas dan membakarnya. Namun, formula pembuatan “bubuk mesiu” tersebut diketahui oleh para ahli perang dan kemudian dikembangkan menjadi bubuk hitam yang digunakan untuk perang.
Dalam beberapa catatan sejarah yang ada selama bertahun-tahun menyebutkan bahwa warga Tionghoa hanya memanfaatkan penemuan tersebut sebagai petasan dan kembang api saja. Namun ternyata hal tersebut tidaklah benar, karena terdapat catatan sejarah lainnya yang menyebutkan bahwa terdapat sebuah peperangan yang melawan pengepungan dengan menggunakan “api terbang” pada masa akhir Dinasti Tang (sekitar 850 M). Para prajurit memanfaatkan lontaran batu yang telah dibubuhkan beberapa paket “bubuk mesiu” yang dinyalakan untuk membakar musuh yang mengepung mereka.
Penemuan ini kemudian dilanjutkan pada masa pemerintahan Dinasti Song (904 M) dengan mendirikan bengkel bubuk mesiu, yang memproduksi senjata berbahaya atau mudah meledak seperti “mortar”, “roket”, dan “misil” dalam periode yang berbeda-beda untuk melawan Bangsa Mongolia yang menjadi musuh utama mereka. Alat-alat perang tersebut membuat musuh ketakutan, mereka menganggap senjata yang berasal dari “bubuk mesiu” yang digunakan tersebut tampak seperti ilmu sihir yang menakutkan.
Lambat laun, ilmu pengetahuan tentang bahan yang menakjubkan tersebut diketahui oleh orang-orang asing. Pada tahun 1076, pemerintah Song sempat melarang penjualan potassium nitrat (bahan utama pembuatan “bubuk mesiu”) tersebut kepada orang asing, akan tetapi hal itu sudah terlambat dan telah tersebar melalui Jalan Sutera (rute atau jalur perdagangan yang menghubungkan Cina dengan Negara-negara Asia Selatan) sampai ke India, Timur Tengah, bahkan Negara-negara di Eropa. Kemudian pada abad ke-12 dan ke-13, “bubuk mesiu” diperkenalkan ke Negara-negara Arab sebelum akhirnya diperkenalkan ke Yunani dan Negara Eropa lainnya dan menandai juga berakhirnya “era senjata dingin” dan memulai bab baru dalam sejarah perang yang menyebabkan dampak yang lebih besar bagi perkembangan sejarah manusia.
“Bubuk mesiu” menjadi primadona kelas atas pada masa peperangan waktu itu. Pada abad ke-16 masa pemerintahan Dinasti Ming, beberapa sebutan alat perang yang menggunakan “bubuk mesiu” tersebut terus dikembangkan tanpa henti. Shennong bahkan membuat buku tentang material pengobatan penting yang memanfaatkan “bubuk mesiu” yang berjudul “Classics of Material Medical” (Material Pengobatan Klasik), yaitu pengobatan klasik pertama di Cina yang dibuat pada masa Dinasti Han. Hal ini didukung pula dengan adanya penemuan bukti tentang Compendium of Material Medical (Ikhtisar Material Pengobatan) oleh Li Shizhen pada masa Dinasti Ming, yang menyebutkan “bubuk mesiu” dijadikan sebagai anthelmintik yang dapat mengobati rasa nyeri dan penyakit kulit.
0 komentar:
Post a Comment
Anda sopan saya segan..Titip Alamat blog anda disini pasti akan saya kunjungi balik