Di Indonesia tato pada tahun 80-an masih sangat identik dengan berbagai macam bentuk premanisme. Sangat jarang "orang baik-baik" memasang tato pada tubuhnya. Kenyataannya memang demikian pada era 80-an hampir dapat di pastikan bahwa orang yang menggambar tubuhnya dengan tato orang tersebut adalah orang-orang keras yang sangat dekat dengan tindakan jahat, bisa copet, perampok,pembunuh dan lain sebagainya.

Seiring dengan berkembangnya jaman stigma tersebut sudah mulai luntur walaupun sebagaian besar masyarakat Indonesia masih menganggap orang-orang bertato sebagai orang berperilaku kasar, nakal atau sesuatu yang bertentangan dengan norma masyarakat.

Terlepas dari stigma yang ada di masyarakat, adalah bahwa melakukan tato harus memiliki pertimbangan hingga kapan akan bosan, jika gambar-gambar temporer yang hanya menjadi trending topik sesaat, pasti akan membosankan dalam waktu tidak lama. Bagaimana memilih kesukaan yang bisa awet di nikmati motifnya. Namun tentu saja tukang gambar tato memiliki banyak pertimbangan dan pertanyaan ketika dia akan mentato. Karena tato permanen tentunya tak bisa hilang begitu saja dengan mudah. Sementara anda harus yakin bahwa tato adalah bagian dari jati diri anda secara lahiriah, setiap orang bisa melihat dan menentukan bahwa itu anda hanya dari tato yang terlihat. Untuk alasan tersebut orang sering melakukan tindakan-tindakan extrim dalam mentato tubuhnya, haruskah mereka menyakiti diri sendiri kalau hanya ingin mengatakan kepada semua orang tentang jati dirinya lewat tatoo seperti foto-foto di bawah ini:









































0 komentar:

Post a Comment

Anda sopan saya segan..Titip Alamat blog anda disini pasti akan saya kunjungi balik

 
Top