Barack Obama-George Hussein Obama - indiatvnews.com

Menjelang pemilu presiden AS November mendatang, serangan terhadap para calon mulai bermunculan. Sebagai incumbent, Presiden Barack Obama selalu menjadi sasaran empuk serangan lawannya di kubu Mitt Romney dari Partai Republik.

Salah satu cara untuk menyerang Obama adalah melalui media film. Dalam waktu dekat sebuah film dokumenter berjudul “2016” akan diluncurkan. Isinya tentu saja menunjukkan keburukan yang bakal terjadi jika Obama terpilih kembali menjadi presiden AS.

Uniknya film dokumenter yang dibuat oleh tim pembuat film Schindler’s List dan Jurassic Park ini menampilkan adik tiri Obama, George Hussein Obama yang tinggal di Kenya. Misinya adalah, menunjukkan gambaran kontras mengenai Obama dan adik tirinya George. Obama tinggal di Gedung Putih sedangkan George tinggal di gubuk di perkampungan kumuh di Nairobi, Kenya.

Melalui George, publik AS diharapkan mendapat gambaran bahwa Obama tidak akan becus mengurus negara, karena mengurus keluarganya saja tidak mampu. Sebab, George seolah tidak diperhatikan oleh Obama yang tengah bergelimang kekuasaan.

Sayangnya, misi sang pembuat film itu tidak berjalan mulus. George ternyata menolak menjelek-jelekkan Obama. Dalam film itu, si pembuat film, Dinesh D’Souza, mewawancari George dan berusaha agar George mengamini pernyataan si pewawancara. Sayangnya, itu tidak meluncur mulus dari mulut Goerge. Dinesh D’Souza adalah penulis buku The Roots Of Obama’s Rage.

“Apakah Anda merasa tidak diperhatikan oleh Obama?” tanya si pewawancara.

Dengan polos ia menjawab, Obama punya keluarga sendiri yang harus diperhatikan. “Saya sudah besar dan saya bisa menolong diri saya sendiri,” ujarnya.

Tentu saja pewawancara tidak puas dengan jawaban itu. Karena harapannya ia mendapatkan jawaban bahwa Obama tidak memperhatikannya.

Si pewawancara terus menerus mengarahkan agar George membenarkan pernyataanya. “Obama pernah menyatakan bahwa dia adalah penjaga saudara-saudaranya dan Anda adalah saudaranya. Apakah Anda mereka dijaga oleh Obama?

George tak mau terbawa keinginan si pewawancara, “Tanya saja sama dia. Dia kan punya banyak masalah yang harus diselesaikan.”

Si pewawancara tak menyarah, “Ya dia mengurus dunia tapi tidak mengurus keluarga (George dan saudara-saudaranya)?”

“Loh... dia mengurus dunia dan tentu saja mengurus saya karena saya kan bagian dari dunia,” jawab George enteng.

Penggalan wawancara itu awalnya ingin mengarahkan agar George menguatkan misi film itu, yakni menunjukkan kontradiksi antara Obama yang presiden penguasa dunia dan adiknya yang miskin.

Itu pun teryata salah besar. Sebab, George memang tinggal di gubuk di sebuah perkampungan kumuh. Namun, itu bukan karena ia miskin, melainkan karena pilihannya untuk membaktikan diri membantu orang-orang miskin, terutama anak-anak.

George adalah seorang yang berasal dari kalangan menengah. Bahkan ia menulis sebuah buku yang popular di Kenya, berjudul “Homeland” (Tanah Air).

Ia memang sempat mengalami masa yang buruk, sempat mencandu narkoba dan penyuka alkohol. Namun kemudian ia memilih tinggal bersama kaum miskin di Kenya untuk membantu mereka keluar dari kemiskinan. George terutama membantu anak-anak miskin untuk belajar menghadapi tantangan hidup.

“Kakak saya telah menjadi pemimpin di negeri paling berpengaruh di dunia ini. Di sini, di Kenya, nasib saya menjadi seorang pemimpin di antara orang-orang paling miskin di Bumi, mereka yang tinggal di perkampungan kumuh,” tulis George dalam bukunya.

George dan Obama memiliki ayah yang sama yakni Obama (senior) namun berbeda ibu. George lahir di Kenya dari istri keempat ayahnya dan Obama lahir di AS dari istri keduanya. Hubungan keluarga itulah yang menjadikan George kerap disapa dengan sebutan candaan ‘Mister President!’.
sumber

Jangan lupa di like dan Follow Twitter | @osserem

   

0 komentar:

Post a Comment

Anda sopan saya segan..Titip Alamat blog anda disini pasti akan saya kunjungi balik

 
Top