"Biar bagaimanapun aku enggak aku enggak mau menyakiti hati ibu."

Tangannya lentik, kulitnya putih bersih serta rambut panjangnya yang tergerai membuat Jelita, sebut saja demikian, menjadi salah satu 'idola' bagi para penggemar pijat plus-plus di salah satu spa di kawasan Jakarta Pusat.

Jelita memiliki wajah yang manis dengan senyum yang selalu menggoda pelanggan yang datang. Meski ia tidak punya tempat 'mangkal' yang tetap, namun tidak menutupi pelanggan untuk mencarinya.

"Aku dulu kerja di perusahaan konveksi kemudian berhenti karena ditawarkan pekerjaan sebagai tukang pijat dengan penghasilan yang lumayan," kenang Jelita menceritakan awal muasal pertemuannya dengan dunia kelam.

"Pas training aku kaget karena banyak yang membicarakan pijat plus-plus. Apalagi aku melihat perempuannya pada merokok. Aku sempat berpikir tempat apa ini," tutur Jelita.

Jelita kemudian mengajukan pengunduran dirinya. Namun sayang, ia tidak dapat keluar lantaran harus membayar sejumlah uang.

"Yang masukin aku ke sini dapat uang, jadi kalau mau keluar aku harus membayar uang. Karena enggak punya uang ya jadi lanjutin saja," ujar perempuan yang berstatus janda tanpa anak itu.

Selama satu tahun Jelita menjalani profesi sebagai tukang pijit, ia berhasil membentengi dirinya agar tidak diajak para pelanggan untuk melakukan pijit plus.

"Waktu itu aku selalu menolak," tegas Jelita.

Namun seiring berjalannya waktu dan terdesak kebutuhan, Jeita akhirnya memulai aksinya sebagai tukang pijat plus-plus.

"Aku terpaksa karena kebutuhan hidup," urainya singkat.

Kehidupan berubah

Jelita merasakan akhirnya dapat memegang uang degan jumlah yang besar. Sebab, tarif sekali pijat plus-plus bisa mencapai Rp500 ribu. Kantongnya akan semakin bertambah tebal jika ia menemukan pelanggan yang baik hati memberikannya tips yang berlebih.

"Aku bisa membeli barang yang aku suka, membiayai kebutuhan hidup ibu," ujarnya.

Menariknya hingga empat tahun bergelut sebagai tukang pijat plus-plus, ibunya tidak mengetahui apa yang dikerjakan Jelita. Sang ibu, menurut Jelita hanya mengetahui jika dirinya bekerja kantoran.

"Biar bagaimanapun aku enggak aku enggak mau menyakiti hati ibu apalagi saat ini dia sedang sakit," terangnya.

Ramadan tetap terima pelanggan

Tidak seperti Ramadan sebelumnya, tahun ini Jelita mengaku terpaksa menerima pelanggan untuk dipijat. Ia beralasan melakukan hal tersebut lantaran butuh biaya untuk pengobatan sang bunda yang sedang sakit.

"Tahun-tahun lalu jika Ramadan aku enggak berani untuk terima pelanggan padahal banyak yang menghubungi. Tapi kalau Ramadan tahun ini aku terpaksa karena memang sedang butuh uang," ujar Jelita santai.

Namun ia berusaha untuk melakukannya serapih mungkin agar tidak dibidik ormas atau aparat pemkot yang memang melarang praktik mesum terlebih selama Ramadan.

"Dahulu kalau Ramadan nganggur aku bikin kue untuk lebaran. Tapi lama kelamaan capek juga ya. Akhirnya aku tinggalkan. Padahal sebenarnya aku senang juga karena dapat uangnya halal," tutur Jelita sambil tersenyum.

Saat ini, Jelita masih belum punya rencana untuk mundur dari profesinya sebagai tukang pijat plus-plus lantaran ia tidak mengetahui apa yang dapat dilakukannya lagi jika keluar. Terlebih ia masih membutuhkan banyak biaya untuk menghidupi keluarganya, terutama mengobati sakit sang bunda.

"Aku hanya bisa pasrah saja. Tapi di hati kecilku selalu berdoa supaya aku diberikan yang terbaik," ujar Jelita.
sumber

Jangan lupa di like dan Follow Twitter | @osserem

   

0 komentar:

Post a Comment

Anda sopan saya segan..Titip Alamat blog anda disini pasti akan saya kunjungi balik

 
Top